BLOG OF FIRAS

Dengan banyaknya film supehero dan sekuel yang membanjiri Summer Blockbuster dalam beberapa bulan ini, film garapan JJ Abrams berjudul 'SUPER 8' adalah film yang sangat dinanti-nantikan sebagai suguhan yang berbeda, terutama sejak relisnya teaser film tersebut di awal tahun 2011 dengan metode viral marketing yang misterius dan inkonvensional, sehingga membuat penantian relis film ini penuh dengan pertanyaan: 'tentang apa sih nanti film ini?'
 

Setelah berbulan-bulan meneliti cicipan teaser dan trailer yang sangat pelit mengungkap garis besar cerita, dan tentunya disambung dengan berbagai spekulasi-spekulasi liar tentang film tersebut, akhirnya 'Super 8' tiba dan ditanyangkan di bioskop-bioskop Indonesia pada pertengahan bulan Oktober ini. 
Bagi yang sudah menyempatkan diri untuk menyaksikan film ini, tentunya - in general - sudah mengambil kesimpulan bahwa film ini tidak sesuai seperti yang di diperkirakan selama ini. 
This is NOT
a monster movie
that we all expected. 
 
Namun, tidak adil apabila sepenuhnya mengaku sangat kecewa dengan 'Super 8', karena film yang juga di produksi oleh tangan dingin Steven Spielberg ini telah menyuguhkan sebuah atmosfir klasik genre mistery adventure yang sudah lama hilang, dan dengan spektakuler berhasil membawa penonton bernostalgia dengan film-film seperti Close Encounters of the Third Kind (1977), E.T: The Extra-Terrestrial (1982), dan The Goonies (1985). 
Kalau ada yang merasa dirinya sebagai seorang Spielberg fan, tentunya sangat mengenal film-film tersebut sebagai karya-karya emas Steven Spielberg, dan apabila diperhatikan baik-baik, Super 8 oleh JJ Abrams ini sebetulnya adalah sebuah homage (red: tanda penghormatan) kepada beliau.
 

Secara singkat, kisah 'Super 8' mengambil setting di era akhir tahun 70an dalam  kota kecil pinggiran bernama Lillian, Ohio. Sekelompok anak-anak penggemar film - yaitu karakter utama Joe (Joel Courtney), Charles (Riley Griffiths), dan Alice (Elle Fanning) - tengah sibuk menggarap sebuah film amatir bertema horror zombie di sekeliling kota. 
Pada suatu malam, mereka bepergian ke daerah pelosok dengan sebuah stasiun kereta api untuk mengambil adegan penting dimana karakter Alice harus memohon kekasihnya untuk berhenti memburu zombie. Namun, di tengah terpesonanya para cowok-cowok dengan kualitas aktingnya Alice yang sangat meyakinkan, mereka tidak sengaja menyaksikan kecelakaan tubrukan kereta api dengan sebuah mobil pick-up yang juga hampir merenggut nyawa mereka.
Walau lolos dari maut, mulailah berbagai hal aneh dan mencurigakan yang terjadi, terutama dengan tibanya tentara pemerintah yang mulai dengan kasar mengambil alih kota dan mendesak warga untuk mengikuti perintah mereka. Orang-orang pun satu per satu mulai menghilang, peliharaan seperti anjing melarikan diri, dan mulai terlihat penampakan-penampakan makhluk asing berbentuk aneh. 
Namun wajarnya tingkah laku anak-anak, bukannya merasa ketakutan mereka justru menjadi penasaran untuk membongkar segala rahasia. Bahkan mereka pun membuat rencana baru: bagaimana kalau mereka merekam semua hal yang terjadi dan digabungkan dalam film mereka?
 

 "Excuse me, can I have another order of fries?
Because my friend here is fat" 
-Cary

 

Sekali lagi, resensi ini ingin menekankan bahwa 'Super 8' bukanlah film yang menitikberatkan konflik teror monster memburu manusia yang sangat diharapkan oleh penonton pecinta monster thriller, misalnya seperti film The Descent (2005) atau Alien (1979).
Tentunya memang ada unsur-unsur yang memberi kesan adanya sosok monster yang berkeliaran meneror para anak-anak tersebut, namun dalam film ini hal tersebut hanya digunakan sebagai tali benang plot yang mendorong alur cerita. 'Super 8' memang lebih fokus pada kegigihan dan ketabahan tali persahabatan kelompok anak-anak tersebut dalam melalui kejadian yang sangat bahaya namun luar biasa ini, terutama dengan adanya bumbu percintaan ala 'Romeo and Juliet' yang terjadi antara Joe dan Alice.  

Joel Courtney
Jarang sekali adanya penampakan monster di sebagian besar durasi film ini, kecuali, tentunya sampai klimaks akhir film. Maka dengan itu, seperti film the Goonies dan E.T sebelumnya, kesuksesan 'Super 8' memang sangat tergantung pada performance para aktor dan aktris muda ini... and thank God, they did so well! >>>
 
 

Elle Fanning
Elle Fanning memerankan Alice dengan sangat baik. Entah emang ada pengaruh besar karena ia adalah adik kandung dari Dakota Fanning atau tidak, namun hampir untuk setiap momen drama yang berat, Fanning adalah sang bintang yang selalu dapat berhasil menciptakan atmosfir mood yang tepat. Terutama untuk satu adegan dimana Alice tengah latihan untuk memerankan karakternya sebagai zombie, terlihat bahwa Fanning suatu hari dapat menjadi seorang aktris terkenal seperti kakaknya. 
Tak kalah dengan Fanning tentunya adalah Joel Courtney yang berperan sebagai Joe. Walau talentanya masih dibawah Fanning dalam mengekspresikan emosi dengan rautan wajah, namun Joel mampu dengan baik menguasai perannya dengan gerakan tubuh. Chemistry 'cinta yang terlarang' diantara Fanning dan Courtney pun telah eksekusi dengan baik, dimana kehidupan masing-masing mereka yang sama-sama penuh dengan kepedihan dan kesepian menjadi bumbu yang mendorong tersambungnya koneksi hati mereka. Namun, untuk unsur komedi tentunya Riley Griffiths sebagai Charles telah mencuri hati para penonton dengan perilaku serta gerak-geriknya yang menggelitik.
 

Super 8 memang mungkin bukan film terbaik yang di relis pada tahun 2011, namun kalau kamu adalah penggemar berat film-film seperti The Goonies, E.T, atau juga Stand By Me (1986) dan The Sandlot (1993) yang mengisahkan artinya sebuah persahabatan anak di saat-saat kesulitan, then 'Super 8' will definitely charm your heart.

Directors: J.J. Abrams
Writers: J.J. Abrams
Stars: Elle Fanning

Categories:

Leave a Reply